Senin, 27 Januari 2014

jaipong1
Tari jaipongan muncul di tahun 1980 an. Llahir dari kekreatifitasan para seniman Bandung yang dikenal dengan Gugum Gumbira , pada awalnya tarian tersebut pengembangan dari ketuk tilu apabila dilihat dari perkembangannya dan dasar koreografernya. Kata jaipong bersal dari masyarakat Karawang yang bersal dari bunyi kendang sebagai iringan tari rakyat yang menurut mereka berbunyi jaipong yang secara onomotofe . tepak kendang tersebut sebagai iringan tari pergaulan dalam kesenian banjidoran yang berasal dari Subang dan Karawang yang akhirnya menjadi populer dengan istilah jaipongan.
Karya jaipongan pertama yang diciptakan oleh Gugum Gumbira adalah tari daun pulus keser bojong dan tari Raden Bojong yang berpasangan putra- putri. Tarian tersebut sangat digemari dan populer di seluruh Jawa Barat termasuk Kabupaten Bandung karya lain yang diciptakan oleh Gugum diantaranya toka-toka, setra sari, sonteng, pencug, kuntul mangut, iring-iring daun puring , rawayan, kaum anten dll. juga para penari yang populer diantaranya seperti Iceu Efendi, Yumiati Mandiri, Mimin Mintarsih, Nani, Erna, Mira Tejaningrum, Ine Diar, Asep Safat.
Daya tarik tarian tersebut bagi kaum muda selain gerak dari tari yang dinamis dan tabuhan kendang membawa mereka untuk menggerakan tubuhnya untuk menari sehingga tari jaipongan sebagai salah satu identitas kesenian Jawa Barat yang oadasetiap tampil pada acara- acara khusus dan besar samapai kenegaraan. Pengaruh tarian jaipongan merambah sampai Jawa Tengan dan Timur , Bali bahkan Sumatra yang dikembangkan para seniman luar Jawa Barat.
jaipong4
Penari jaipongan terdiri dari Tunggal, rampak / kolosal
a. rampak sejenis
b. Rampak berpasangan
c. Tunggal laki-laki dan tunggal perempuan
d. Berpasangan laki- laki / perempuan
Karawitan jaipongan terdiri dari karawitan sederhana yang biasa digunakan pertunjukan ketuk tilu yaitu
1. kendang
2. ketuk
3. rebab
4. goong
5. kecrek
6. sinden
Untuk karawitan lengkap memakai gamelan yang biasa dipakai pada karawitan wayang golek seperti
1. kendang
2. sarin I, II
3. bonang
4. rincik
5. demung
6. rebab
7. kecrek
8. sinden
9. goong
10. juru alok
macam-macam baju yang disewakan

1. Sewa Baju Daerah Jawa
2. Sewa Baju Daerah Sunda
3. Sewa Baju Daerah Kalimantan
4. Sewa Baju Daerah Papua
5. Sewa Baju Daerah Sumatra
6. Sewa Baju Daerah Betawi
7. Sewa Baju Kebaya/Hari Kartini
8. Sewa Kostum/Baju Tari Saman
9. Sewa Kostum/Baju Tari Jawa
10. Sewa Kostum/Baju Tari Rampak Kendang
11. Sewa Kostum/Baju Tari Jaipong
12. Sewa Kostum/Baju Tari Papua
13. Sewa Kostum/Baju Tari Bali
14. Sewa Kostum/Baju Tari Sulawesi/Pakarena
15. Sewa Kostum/Baju Tari Kalimantan/Giring-Giring
16. Sewa Kostum/Baju Tari Betawi/Tari Ngaojeng
17. Sewa Kostum/Baju Tari Piring
18. Sewa Kostum/Baju Tari Merak
19. Sewa Kostum/Baju Tari Kipas Minang
20. Sewa Kostum/Baju Tari Maluku/Tari Gaba-Gaba
21. Sewa Busana/Baju Daerah lainnya

Senin, 20 Januari 2014

BUSANA TARI DAERAH

 Busana tari daerah bukan sekadar pemoles yang mendukung indahnya tari. Busana ini juga memiliki makna dan filosofi kearifan lokal yang ditampilkan dalam pemilihan warna, motif kain, penggunaan asesoris, dan model kostum. Tepatnya, pemilihan desain dalam busana tari daerah ini mampu menguatkan karakter penari ketika tampil. Alhasil, penyajian tari yang dipadu dengan busana yang cocok mampu menjadi tontonan sekaligus tuntunan.
Untuk itu, selama dua hari (13-14/01) jurusan Pendidikan Seni Tari menyelenggarakan ujian peragaan busana tari bagi mahasiswa Pendidikan Seni Tari 2010. Dibuka oleh Wien Pudji Priyanto, Ketua Jurusan Pendidikan Seni Tari, mahasiswa Pendidikan Seni Tari harus memiliki kompetensi dan keterampilan dalam padu padan busana tari.
Karya-karya busana klasik, modifikasi, kreasi ataupun garapan bermunculan di Stage Tari FBS. Dari sekian banyak, Yuli Lestari dan Yeni memamerkan karya busana gaya Yogya putri dalam karakter Ratu Kidul. Dengan busana dominan hijau daun dan juntaian kain berwarna tanah, Dua mahasiswa ini tampak sukses memvisualisasikan karakter mitos milik masyarakat Jawa ini. Ratu Kidul digambarkan sebagai sosok yang cantik dan anggun namun kuat dan misterius. Aksesoris bunga dan kilau putih yang dipadu dengan sanggul yang menantang langit seolah menunjukkan kedudukan ratu tak cukup diartikan sebagai simbol keindahan semata.
Serupa penata busana Jawa lainnya, padu padan busana yang mereka pilih adalah karya pengekspresian karakter wanita Jawa yang yang anggun, setia, patuh, dan santun namun kuat dan berani berpihak pada yang benar. Warna merah, hijau, hitam, biru legam atau emas diyakini sebagai warna yang menyimbolkan karakter wanita ini. Busana yang ditampilkan pun merujuk pada karakter wayang semisal Dewi Sinta dan tema tari untuk putri seperti tari Bedaya dan Serimpi. Namun, pakem yang mencirikan daerah masih tetap dilestarikan seperti batik Parang dalam busana Yogya Putri dan motif alas-alasan dalam busana tari Surakarta.
Tidak hanya busana tari Jawa, peserta lain pun berkreasi dalam busana tari dari Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan. Tari Dayak yang cenderung terinspirasi dari burung-burung ditampilkan dengan warna tak lagi hitam di tangan Risna Herjayanti. Ia berani menunjukkan karakter bangau dengan gradasi warna kuning, jingga dan hijau namun tak meninggalkan asesoris bulu burung khas Borneo. Tutik Agustina pun mempertahankan sanggul bunga rampai dan kain songket dalam modifikasi busana tari daerah khas Palembang namun berani memilih kombinasi warna ceria, seperti kuning dan jingga. Selain itu, Andika Putra pun rasanya berhasil membawa pangeran Sumatera tampil di Jawa dengan kostum sutra berwarna biru lautnya yang dibalut dengan sarung songket merah berbenang warna emas.